Senin, 16 September 2013

CARA MAKAN RASULULLAH SAW


CARA MAKAN RASULULLAH SAW

Rupanya tanpa kita sadari, dalam makanan yang kita makan sehari-hari, kita tak boleh sembarangan.

Hal inilah penyebab terjadinya berbagai penyakit antara lain penyakit kencing manis, lumpuh, sakit jantung, keracunan makanan dan lain-lain penyakit. Apabila anda telah mengetahui ilmu ini, tolonglah ajarkan kepada yang lainnya.

Ini pun adalah diet Rasullulah SAW kita juga. Ustadz Abdullah Mahmood mengungkapkan, Rasullulah tak pernah sakit perut sepanjang hayatnya karena pandai menjaga makanannya sehari-hari. Insya Allah kalau anda ikut diet Rasullullah ini, Anda takkan menderita sakit perut ataupun keracunan makanan.

Jangan makan SUSU bersama DAGING
Jangan makan DAGING bersama IKAN
Jangan makan IKAN bersama SUSU
Jangan makan AYAM bersama SUSU
Jangan makan IKAN bersama TELUR
Jangan makan IKAN bersama DAUN SALAD
Jangan makan SUSU bersama CUKA
Jangan makan BUAH bersama SUSU (Contoh : KOKTEL)

CARA MAKAN :

* Jangan makan buah setelah makan nasi, sebaliknya makanlah buah terlebih dahulu, baru makan nasi.

* Tidur 1 jam setelah makan tengah hari.

* Jangan sesekali tinggal makan malam. Barang siapa yg tinggal makan malam dia akan dimakan usia dan kolesterol dalam badan akan berganda.

Nampak memang sulit.. tapi, kalau tak percaya… cobalah….. Pengaruhnya tidak dalam jangka pendek…. Akan berpengaruh bila kita sudah tua nanti.

* Dalam Al-Quran juga melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut.
Nabi pernah mencegah kita makan ikan bersama susu. karena akan cepat mendapat penyakit. Ini terbukti oleh ilmuwan yang menemukan bahwa dalam daging ayam mengandung ion+ sedangkan dalam ikan mengandung ion-, jika dalam makanan kita ayam bercampur dengan ikan maka akanterjadi reaksi biokimia yang akan dapat merusak usus kita.

* Al-Quran Juga mengajarkan kita menjaga kesehatan spt membuat amalan antara lain:

1. Mandi Pagi sebelum subuh, sekurang kurangnya sejam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk.

2. Rasulullah mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit).

3. Waktu sembahyang subuh disunatkan kita bertafakur (yaitu sujud sekurang kurangnya semenit setelah membaca doa). Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbukti oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yg tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir keruang tersebut.

4. Nabi juga mengajar kita makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari.

5. Begitu juga ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur. (enzyme sejenis alat percerna makanan).

Sabda nabi, Ilmu itu milik Allah, barang siapa menyebarkan ilmu demi kebaikan insya Allah Allah akan menggandakan 10 kali kepadanya

” Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya ” (QS 99 : 7)

KAWRUH BASA JAWA

KAWRUH BASA JAWA
 
TEMBUNG SAROJA yaiku tembung loro padha tegese digandheng dadi siji, ngemu surasa akeh utawa mbangetake.
Tuladha :
1.     Ayem tentrem   : ayem banget
2.     Gagah prakosa   : gagah banget
3.     Sayuk rukun     : rukun banget
4.     Adi luhung      : apik banget
5.     Babak bundhas   : tatune akeh banget
 
TEMBUNG ENTAR yaiku tembung sing tegese dudu teges salugune.
Tuladha :
1.     Abang kupinge   : nesu
2.     Adus kringet    : olehe nyambut gawe rekasa banget
3.     Dawa tangane   : clemer (seneng nyolong)
4.     Lunyu ilate      : mencla-mencle
5.     Wedi getih      : jirih
 
TEMBUNG GARBA yaiku tembung loro kang digandheng nanging wandane disuda.
Tuladha :
1.     Ana – ing        : aneng
2.     Prapta – ing    : prapteng
3.     Nara – endra    : narendra
4.     Mara – ing      : mring
5.     Prawira – ing    : prawireng
 
TEMBUNG DASANAMA yaiku tembung-tembung kang tegese padha.
Tuladha :
1.     Anak             : atmaja, sunu, siwi, suta, putra
2.     Angin           : bayu, maruta, samirana
3.     Banyu           : ranu, tirta, warih
4.     Gunung         : wukir, aldaka, ardi, arga
5.     Segara           : jaladri, samodra, jalanidhi
 
SANEPA yaiku unen-unen sing ngemu teges kosok balen.
Tuladha :
1.     Abot kapuk           : entheng banget
2.     Kuru semangka       : lemu banget
3.     Legi bratawali         : pait banget
4.     Arum jamban         : bacin banget
5.     Landhep dhengkul     : bodho banget

Sumber : Copas dari Blog sebelah

 

10 Filsafat Hidup "Orang Jawa"



 
Didalam berfilosofi, orang jawa kerapkali memakai unen-unen untuk menata hidup manusia. Arti dari ungkapan-ungkapan jawa ini kerapkali tidak dipahami oleh beberapa besar keturunan etnis jawa di jaman modern ini. Maka tidak salah, bila nampak sebutan, wong jowo sing ora njawani. 

Filosofi jawa dinilai sebagai perihal yang kuno serta ketinggalan masa. Walau sebenarnya, filosofi leluhur tersebut berlaku terus selama hidup. Warisan budaya pemikiran orang jawa ini apalagi dapat menambah wawasan kebijaksanaan.
 
‎ Unen unen dari ulama jowo supaya diingat & diuri uri :
 
=================================
 
Agar tidak di katakan : wong jowo sing ora njawani.
 
Dikarenakan justru ada : wong ora jowo sing njawani.
 

Tersebut 10 dari sekian banyak falsafah dasar hidup :
 
------------------------------------------------------------------------------------------
 
1. Urip iku urup
 
hidup itu nyala, hidup itu sebaiknya berikan faedah untuk orang lain di sekitar kita, makin besar faedah yang dapat kita berikanlah pasti dapat tambah baik.
 

2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara
 
manusia hidup didunia mesti mengupayakan keselamatan, kebahagiaan serta kesejahteraan ; dan memberantas karakter angkara murka, serakah serta tamak.
 

3. Sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti
 
semua karakter keras hati, picik, angkara murka, cuma dapat dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati serta sabar.
 

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
 
berjuang tanpa butuh membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa memercayakan kekuasaan, kemampuan, kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
 

5. Datan serik lamun ketaman, datan sulit lamun kelangan
 
janganlah mudah sakit hati pada saat musibah menimpa diri. Janganlah sedih pada saat kehilangan suatu hal.
 

6. Saja gumunan, saja getunan, saja kagetan, saja aleman
 
janganlah gampang terheran-heran. Janganlah gampang menyesal. Janganlah gampang terkejut-kejut. Janganlah gampang ngambeg, janganlah manja.
 

7. Saja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman
 
jangan sampai terobsesi atau terkungkung oleh hasrat untuk beroleh kedudukan, kebendaan serta kepuasan duniawi.
 

8. Saja kuminter mundak keblinger, saja cidra mundak cilaka
 
janganlah jadi sangat pintar supaya tidak salah arah. Janganlah senang berbuat curang supaya tidak celaka.
 

9. Saja punya barang kang melok, saja mangro mundak kendo
 
janganlah tergiur oleh perihal yang terlihat mewah, cantik, indah ; janganlah berfikir mendua supaya tidak kendor kemauan serta kendor motivasi.
 

10. Saja adigang, adigung, adiguna
 
janganlah sok kuasa, sok besar, sok sakti.

 Sumber : Copas dari Blog sebelah

Rabu, 11 September 2013

Filosofi Semar

Filosofi Semar

 

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
 
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
 
 
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”. 
 
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”. 
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
 
Ciri sosok semar adalah :
  • Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
  • Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
  • Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
  • Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
  • Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
 
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
 
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :
 
Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati. 
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma“, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”. 
 
 
Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka dalam lakon Semar Mbabar Jati Diri 
Dalam Etika Jawa ( Sesuno, 1988 : 188 ) disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah punakawan ” Abdi ” Pamomong ” yang paling dicintai. Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya. 
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara ( Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25 ). Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa ( Brandon dalam Suseno, 1988 : 188 ). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ” menjelma ” ( menjadi manusia ) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan. 
Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa ( Poedjowijatno, 1975 : 49 ) Semar diyakini sebagai pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia ( Geertz 1969 : 264 ). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya ( Suseno 1988 : 190 ). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe ” sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana ” menjaga kedamaian dunia ( Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193 ) 
Dari segi etimologi, joinboll ( dalam Mulyono 1978 : 28 ) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ” cahaya “. jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa ( Mulyono 1978 : 18 ) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula ( Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191 ). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto ( 1969 : 31 ) berpendapat dan menggambarkan ( dalam bentuk kaligrafi ) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah. 
Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ” pimpinan rahmani ” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih ( timoer, tt : 13 ). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” ( timoer 1994 : 4 ), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta. Oleh karena itu sifat ilahiah itu pula, Semar dijadikan simbol aliran kebatinan Sapta Darma ( Mulyono 1978 : 35 ) 
Berkenaan dengan mitologi yang merekfleksikan segala kelebihan dan sifat ilahiah pada pribadi Semar, maka timbul gagasan agar dalam pementasan wayang disuguhkan lakon ” Semar Mbabar Jati Diri “. gagasan itu muncul dari presiden Suharto dihadapan para dalang yang sedang mengikuti Rapat Paripurna Pepadi di Jakarta pada tanggal, 20-23 Januari 1995. Tujuanya agar para dalang ikut berperan serta menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk pembudayaan P4 ( Cermomanggolo 1995 : 5 ). Gagasan itu disambut para dalang dengan menggelar lakon tersebut. Para dalang yang pernah mementaskan lakon itu antara lain : Gitopurbacarita, Panut Darmaka, Anom Suroto, Subana, Cermomanggolo dan manteb Soedarsono ( Cermomanggolo 1995 : 5 – Arum 1995 : 10 ). Dikemukan oleh Arum ( 1995:10 ) bahwa dalam pementasan wayang kulit dengan lakon ” Semar Mbabar Jadi Diri ” diharapkan agar khalayak mampu memahami dan menghayati kawruh sangkan paraning dumadi ” ilmu asal dan tujuan hidup, yang digali dari falsafat aksara Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi yang bersumber filsafat aksara Jawa itu sejalan dengan pemikiran Soenarto Timoer ( 1994:4 ) bahwa filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka mengandung makna sebagai sumber daya yang dapat memberikan tuntunan dan menjadi panutan ke arah keselamatan hidup. Sumber daya itu dapat disimbolkan dengan Semar yang berpengawak sastra dentawyanjana. Bahkan jika mengacu pendapat Warsito ( dalam Ciptoprawiro 1991:46 ) bahwa aksara Jawa itu diciptakan Semar, maka tepatlah apabila pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi tersebut bersumberkan filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka
 Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Filosofi Jowo

Orang Jawa pada jaman dahulu selalu mempergunakan FILOSOFI/ UNEN-ENEN untuk menata kehidupan sehari-hari. Dan menerapkannya, maka dari itulah orang Jawa kuno terlihat lebih SANTUN daripada orang Jawa sekarang yang sudah terpengaruh oleh MODERNISASI, yang lebih mengutamakan EGO  daan kesenangan diri sendiri karena hanya mempelajari ilmu di bangku sekolah saja. Mungkin perlu adanya pembelajaran pada anak muda sekarang tentang MAKNA DAN ARTI HIDUP yang sejati dengan bantuan Filosofi Jawa Kuno.

Sering terdengar perkataan yang terlontar dari orang-orang Jawa tua untuk anak2 muda sekarang WONG JOWO NANGING RA JAWANI  yang artinya Orang Jawa tetapi tidak mengerti dan memahami makna dan tatanan JAWA DWIPA. 

Di bawah ini sedikit dari Filosofi Jawa yang mungkin bisa mengingatkan dan membuka hati kita semua tentang keindahan FILOSOFI JAWA KUNO yang masih cocok untuk diterapkan di sepanjang jaman.
  1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha : Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan
  2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan : Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu
  3. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli : Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi
  4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman : Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja
  5. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman ;Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
  6. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas : Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.
  7. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo : Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
  8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna : Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti
  9. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah : Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah
  10. Sing Prihatin Bakal Memimpin : Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin
  11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya : Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya
  12. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti : Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera. Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
  13. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara : Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak
  14. Urip Iku Urup : Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat
  15. Memayu hayuning bawana : melindungi bagi kehidupan dunia
  16. Sukeng tyas yen den hita : suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran
  17. Jer basuki mawa beya : keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan
  18. Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi : nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya
  19. Ajining sarira dumunung ing busana : nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya
  20. Amemangun karyenak tyasing sesama : membuat enaknya perasaan orang lain
  21. Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi : Gejolak jiwa tidak bisa meruba kepatian
  22. Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa : Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa
  23. Tan ngendhak gunaning janma :tidak merendahkan kepandaian manusia
  24. Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe : Tidak peduli seberapa tinggi orang mencari pengetahuan, seberapa dalam  orang menuntut ilmu, seberapa banyaknya guru agama, akhirnya tergantung pada diri sendiri. 
  25. Sekti tanpo aji , digdoyo tanpo guru : Sudah hebat meskipun tanpa kekayaan atau sekolah yang tinggi
Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Lir Ilir

Salah satu budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai yang islami adalah tembang Lir-Ilir yang dikarang oleh salah satu anggota Wali Songo. Isi yang dikandungnya penuh dengan makna bagi bagi siapa saja yang ingin mencari makna.
Dalam Bahasa Jawa
  1. Lir-ilir, lir-ilir, tandure wis sumilir
  2. Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
  3. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi
  4. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dododiro
  5. Dododiro, dododiro, kumitir bedah ing pinggir
  6. Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore
  7. Mumpung pandhang rembulane, mumpung jembar kalangane
  8. Yo sorak-o sorak hiyo !
Dalam Bahasa Indonesia
  1. Sayup-sayup bangun dari tidur, pohon sudah mulai bersemi
  2. Demikian hijau bagai gairah pengantin baru
  3. Penggembala, tolong panjatlah pohon blimbing itu
  4. Walaupun licin dan susah tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
  5. Pakaian yang koyak sisihkanlah
  6. Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
  7. Mumpung masih terang rembulan nya, mumpung masih banyak waktu luang
  8. Mari bersorak-sorak, ayo...
Makna Tembang Lir-ilir
Kita sebagai orang Islam diminta bangun dari keterpurukan dan dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan. Iman kepada Allah ini dilambangkan dengan tanaman yang bersemi dan menghijau, begitu indah seperti kebahagiaan seorang pengantin baru. Kita disebut anak gembala karena Allah telah menganugerahkan hati dan iman sebagai amanah untuk dijaga. Si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing yang menggambarkan 5 Rukun Islam. Meskipun licin dan susah, kita harus tetap memenjat pohon belimbing tersebut apapun halangan dan risikonya. 5 Rukun Islam digunakan untuk selalu membersihkan (mencuci) pakaian kita, yaitu pakaian taqwa (taqwa = kesholehan hidup). Sebagai manusia biasa, ketaqwaan kita pasti terkoyak dan berlubang sana-sini. Untuk itu, kita diminta agar selalu memperbaiki dan membenahinya. Hal ini berguna agar kelak kita sudah siap dipangil oleh Allah. Semua itu harus kita lakukan sejak sekarang, ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan " Iya ".

Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Sabar Inggih Puniko

+ Sabar iku lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandhadharaning ngaurip
- Artinya: Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup, yg tentunya nanti bisa untuk mendewasakan diri kita masing-masing

+ Nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep
- Artinya: Akan tetapi bukan berarti lalu kita gampang kehilangan pengharapan

+ Jumbuh karo unine bebasan, sabar iku kuncining swarga, ateges marganing kamulyan
Artinya: Sama seperti bunyi sebuah peribahasa, berlaku sabar itu adalah “jalan utama” untuk mendapatkan "surga".

+ Sabar iku ingaran mustikaning laku
- Artinya: Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yg sangat indah dalam sebuah kehidupan

+ Suwalike malah kebak pengarep-arep lan kuwawa nampani apa bae kang gumelar ing salumahe jagad iki
- Artinya: Menjalani hidup disertai dengan rasa mawas diri dan kepasrahan. Selain itu menjalani hidup juga harus dilakuakn dengan penuh pengharapan dan seolah-olah mampu untuk mendapatkan apa saja didalam kehidupan.


Sumber : Copas dari Blog Sebelah

OJO DUMEH

Filosofi Tembang Jawa "SLUKU - SLUKU BATHOK"


Masih ingat tembang Jawa yang diciptakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa?. Salah satunya adalah tembang Sluku- Sluku Batok. Ini adalah tembangnya:

Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo,
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung motho,
Mak jenthit lolo lo bah,
Wong mati ora obah,
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko duwit.


Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang tersebut:

Sluku-sluku bathok
berasal dari bahasa Arab ;Ghuslu-ghuslu batnaka,
artinya,''mandikanlah batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum membersihkan badan atau raga.Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.

Bathoke ela-elo
 ;
berasal dari bahasa Arab: batine La Ilaha Illallah
maksudnya ; hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun susah,dikala menerima nikmat maupun musibah,sebab setiap peristiwa yang di alami manusia,pasti menggandung hikmah.

Si Rama Menyang Solo
Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.



Oleh-olehe patyung motho ;
berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;
Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang diperlukan.

Mak jenthit lolo o bah, wong mati ora obah
 :
 kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.

Yen obah medeni bocah
 :
 Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.

Yen urip golekno dhuwit
 :
Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.

Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta.

(dr berbagai sumber)

Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Selasa, 10 September 2013

Filosofi Gundul Gundul Pacul

GUNDUL-GUNDUL PACUL
 
Gundul gundul pacul-cul gemblelengan 
 
Nyunggi - nyunggi wakul-kul gemblelengan
 
Wakul ngglimpang Segane dadi sak latar, 
 
Wakul ngglimpang Segane dadi sak latar ..
 
 
Dalaaammm ... Makna Filosofis Lagu anak-anak "Gundul-gundul Pacul"
cipt: Sunan Kalijaga th 1400an ini. 
 
Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.
 
'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.
 
'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.
 
'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.
 
Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). 
 
Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.
 
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
 
Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)
 
Cukup dalem banget yah makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa. :))

Sumber : Copas dari Blog Sebelah