Rabu, 11 September 2013

Lir Ilir

Salah satu budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai yang islami adalah tembang Lir-Ilir yang dikarang oleh salah satu anggota Wali Songo. Isi yang dikandungnya penuh dengan makna bagi bagi siapa saja yang ingin mencari makna.
Dalam Bahasa Jawa
  1. Lir-ilir, lir-ilir, tandure wis sumilir
  2. Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
  3. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi
  4. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dododiro
  5. Dododiro, dododiro, kumitir bedah ing pinggir
  6. Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore
  7. Mumpung pandhang rembulane, mumpung jembar kalangane
  8. Yo sorak-o sorak hiyo !
Dalam Bahasa Indonesia
  1. Sayup-sayup bangun dari tidur, pohon sudah mulai bersemi
  2. Demikian hijau bagai gairah pengantin baru
  3. Penggembala, tolong panjatlah pohon blimbing itu
  4. Walaupun licin dan susah tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
  5. Pakaian yang koyak sisihkanlah
  6. Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
  7. Mumpung masih terang rembulan nya, mumpung masih banyak waktu luang
  8. Mari bersorak-sorak, ayo...
Makna Tembang Lir-ilir
Kita sebagai orang Islam diminta bangun dari keterpurukan dan dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan. Iman kepada Allah ini dilambangkan dengan tanaman yang bersemi dan menghijau, begitu indah seperti kebahagiaan seorang pengantin baru. Kita disebut anak gembala karena Allah telah menganugerahkan hati dan iman sebagai amanah untuk dijaga. Si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing yang menggambarkan 5 Rukun Islam. Meskipun licin dan susah, kita harus tetap memenjat pohon belimbing tersebut apapun halangan dan risikonya. 5 Rukun Islam digunakan untuk selalu membersihkan (mencuci) pakaian kita, yaitu pakaian taqwa (taqwa = kesholehan hidup). Sebagai manusia biasa, ketaqwaan kita pasti terkoyak dan berlubang sana-sini. Untuk itu, kita diminta agar selalu memperbaiki dan membenahinya. Hal ini berguna agar kelak kita sudah siap dipangil oleh Allah. Semua itu harus kita lakukan sejak sekarang, ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan " Iya ".

Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Sabar Inggih Puniko

+ Sabar iku lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandhadharaning ngaurip
- Artinya: Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup, yg tentunya nanti bisa untuk mendewasakan diri kita masing-masing

+ Nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep
- Artinya: Akan tetapi bukan berarti lalu kita gampang kehilangan pengharapan

+ Jumbuh karo unine bebasan, sabar iku kuncining swarga, ateges marganing kamulyan
Artinya: Sama seperti bunyi sebuah peribahasa, berlaku sabar itu adalah “jalan utama” untuk mendapatkan "surga".

+ Sabar iku ingaran mustikaning laku
- Artinya: Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yg sangat indah dalam sebuah kehidupan

+ Suwalike malah kebak pengarep-arep lan kuwawa nampani apa bae kang gumelar ing salumahe jagad iki
- Artinya: Menjalani hidup disertai dengan rasa mawas diri dan kepasrahan. Selain itu menjalani hidup juga harus dilakuakn dengan penuh pengharapan dan seolah-olah mampu untuk mendapatkan apa saja didalam kehidupan.


Sumber : Copas dari Blog Sebelah

OJO DUMEH

Filosofi Tembang Jawa "SLUKU - SLUKU BATHOK"


Masih ingat tembang Jawa yang diciptakan oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa?. Salah satunya adalah tembang Sluku- Sluku Batok. Ini adalah tembangnya:

Sluku-sluku bathok,
Bathoke ela-elo,
Si Rama menyang Solo,
Oleh-olehe payung motho,
Mak jenthit lolo lo bah,
Wong mati ora obah,
Yen obah medeni bocah,
Yen urip goleko duwit.


Tapi apakah kalian mengerti apa makna tembang tersebut?. Berikut ini Filosofi tembang tersebut:

Sluku-sluku bathok
berasal dari bahasa Arab ;Ghuslu-ghuslu batnaka,
artinya,''mandikanlah batinmu'',Membersihkan batin dulu sebelum sebelum membersihkan badan atau raga.Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.

Bathoke ela-elo
 ;
berasal dari bahasa Arab: batine La Ilaha Illallah
maksudnya ; hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah,diwaktu senang maupun susah,dikala menerima nikmat maupun musibah,sebab setiap peristiwa yang di alami manusia,pasti menggandung hikmah.

Si Rama Menyang Solo
Maksudnya ; Mandilah,bersucilah,kemudian kerjakanlah sholat.Allah menciptakan manusia tidak lain adalah agar menyembah ,menghambakan diri kepada-Nya.



Oleh-olehe patyung motho ;
berasal dari bahasa Arab: Laillaha Illalah hayyum mauta ;
Dzikir pada Allah mumpung masih hidup,bertaubat sebelum datangnya maut.Manusia hidup di dunia tidak hanya sekedar memburu kepentingan duniawi saja. Kesadaran akan hidup yang kekal di akhirat,menumbuhkan semangat untuk mencari bekal yang diperlukan.

Mak jenthit lolo o bah, wong mati ora obah
 :
 kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.

Yen obah medeni bocah
 :
 Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.

Yen urip golekno dhuwit
 :
Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.

Mudah-mudahan kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di dalam lagu “SLUKU-SLUKU BATHOK”. Bukan hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan tetapi merupakan keadaan yang harus dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu dekat dengan Sang Maha Pencipta.

(dr berbagai sumber)

Sumber : Copas dari Blog Sebelah

Selasa, 10 September 2013

Filosofi Gundul Gundul Pacul

GUNDUL-GUNDUL PACUL
 
Gundul gundul pacul-cul gemblelengan 
 
Nyunggi - nyunggi wakul-kul gemblelengan
 
Wakul ngglimpang Segane dadi sak latar, 
 
Wakul ngglimpang Segane dadi sak latar ..
 
 
Dalaaammm ... Makna Filosofis Lagu anak-anak "Gundul-gundul Pacul"
cipt: Sunan Kalijaga th 1400an ini. 
 
Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.
 
'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.
 
'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.
 
'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.
 
Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). 
 
Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.
 
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
 
Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)
 
Cukup dalem banget yah makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa. :))

Sumber : Copas dari Blog Sebelah

 
 



 


Tawakal

-->


--- TAWAKAL ---


Tawakal atau tawakul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama islam tawakal berarti berarti berserah diri sepenuhnya kelapa Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam al Ghazali merumuskan definisi tawakal sebagi berikut ,Tawakal ialah menyandarkan kepada Allh SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Ansori, tawakal ialah keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain. Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya ia betul betul mempunyai sifat amanah (terpercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena didalam tauhid ia diajari agar menyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala – galanya, Pengetahuan-Nya maha luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada curiga, karena Allah maha tahu dan maha bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakal. Dia enggan berusaha dan pekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini mempunyai pemikiran tdak perlu bekerja, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Ataua tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, sekalipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang. Tentulah kenyang. Jika pendapat ini di pegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.
jadi arti tawakal yang sebenarnya menurut ajaran islam ialah menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya, seseorang yang meletakan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa diikat, ia menjawab, “saya telah benar – benar bertawakal kepada Allah”. Nabi Saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, “ ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakal”.



Implementasi tawakal dalam kehidupan sehari – hari.
Agar dapat bersikap tawakal, Imam Al Ghazali memberi tuntunan sebagai berikut :
  1. Berusaha memperoleh sesuatu yang bermanfaat.
  2. Berusaha menjadikan sesuatu yang dimiliki selalu bermanfaat.
  3. Berusaha menolak dan menjauhkan diri dari sesuatu yang menimbulkan Mudhorot (bahaya/bencana)
  4. Berusaha menghilangkan mudhorot yang menimpa dirinya.

Untuk membiasakan perilaku tawakal dalam kehidupan sehari - hari, perhatikan ciri – ciri berikut ini :


  1. Selalu menerima ketentuan Alaah SWT dan tidak pernah gelisah dan berkeluh kesah.
  2. Selalu bersyukur atas karunia Allah SWT dan bersabar jika mendapat musibah.
  3. Selalu berserah diri kepada Allah SWT dan giat berusaha dan berikhtiar.
  4. Selalu berusaha memberikan manfaat bagi orang lain.

Jumat, 06 September 2013

Amalan Ringan Berpahala Besar

Amalan Ringan Berpahala Besar

Amalan Ringan Berpahala Besar.Alhamdulillah setelah sekian lama disibukkan dengan kegiatan offline nya sekarang Insya Allah Taman Berbagi akan membagikan kembali artikel Amalan ringan berpahala besar dan semoga bermanfaat sahabat.

Setiap orang muslim di antara kita tentu menginginkan berumur panjang supaya bertambah kebaikannya. Seperti yang disabdakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling baik itu?” Beliau menjawab “Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”
(HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).

Kehidupan di dunia ini merupakan tempat untuk menambah dan memperbanyak amalan-amalan yang baik agar manusia bahagia setelah kematiannya serta rela dengan apa yang ia kerjakan.

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa umur umatnya ini antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, mereka tidak seperti umur umat sebelumnya. Tetapi beliau telah menunjukkan mereka kepada perbuatan maupun ucapan yang dapat mengumpulkan pahala yang banyak dengan amalan yang sedikit lagi mudah, yang dapat menggantikan manusia dari tahun-tahun yang berlalu jika dibandingkan dengan umur sebelumnya. Inilah yang dinamakan dengan “al-A’maal al-Mudhoo’afah” (amalan-amalan yang berlipat ganda) yang tidak semua orang mengetahuinya.

Oleh karena itu, saya hendak menyebutkan sebagian besar dari amalan-amalan yang mudah lagi berlipat ganda tersebut pada tulisan yang singkat ini. Dengan harapan agar setiap orang di antara kita menambah umurnya (dengan amalan) yang produktif dalam kehidupan dunia ini. Agar tergolong dari orang-orang yang mengerti (untuk mengambil) selanya, (kata pepatah :) “Darimanakah bahu (hewan sembelihan itu) dimakan”. Maka mereka memilih dari amalan-amalan tersebut mana yang paling ringan (dikerjakan) oleh jiwa dan paling besar pahalanya. Orang seperti ini bagaikan orang yang mengumpulkan permata-permata yang berharga dari dasar laut sementara manusia yang lain (hanya) mendapatkan ombaknya saja.

Berikut ini akan kami sebutkan amalan-amalan maupun ucapan-ucapan secara berurutan dan singkat, dengan disertai dalil dari setiap ucapan atau amalan yaitu dalil-dalil dari Kitabulloh atau dari hadits-hadits yang shohih dan hasan. Alloh-lah Yang Maha Pemberi taufiq untuk setiap kebaikan.

 

1. Silaturahmi.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya menyambung (tali) silaturahminya.”
(HR. al-Bukhori dan Muslim).

2. Berakhlak yang mulia
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Silaturahmi, berbudi mulia, dan ramah pada tetangga (dapat) mendirikan kabilah dan menambah umur.”
(HR. Ahmad dan al-Baihaqi).

3. Memperbanyak sholat di “Haromain Syarifain”.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik dari seribu (sholat) daripada yang lain kecuali Masjid Harom, dan sholat di Masjid Harom itu lebih baik dari seratus ribu (sholat) dari pada yang lain.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

4. Sholat berjamaah bersama imam.
Berdasarkan sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Sholat berjamaah itu lebih baik dari pada sholat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.”
(HR. al-Bukhori dan Muslim).

Adapun perempuan sholat di rumah, dan hal itu lebih baik dari pada mereka sholat di masjid, walaupun di Masjid Nabawi. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Humaid radhiyallahu ‘anha–salah satu dari shohabiyat, “Aku tahu bahwa kamu senang sholat bersamaku, tapi sholatmu di rumahmu itu lebih baik bagimu daripada sholatmu di kamarmu. Dan sholatmu di kamarmu itu lebih baik bagimu dari pada sholatmu di tempat tinggalmu. Dan sholatmu di tempat tinggalmu lebih baik bagimu daripada sholatmu di masjid kaummu. Dan sholatmu di masjid kaummu lebih baik bagimu daripada sholatmu di masjidku (Masjid Nabawi).”
(HR. Ahmad).
Lalu setelah ini beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat di penghujung rumahnya di tempat yang gelap sampai beliau menemui ajalnya.

5. Melaksanakan sholat nafilah (sunnah) di rumah.
Berdasarkan sabda beliau : “Keutamaan sholat seseorang laki-laki di rumahnya dengan sholat yang dilihat oleh orang banyak seperti halnya keutamaan sholat fardhu atas sholat sunnah.”
(HR. al-Baihaqi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah).

Bukti yang menguatkan hal itu juga sabda Rosulloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shohih :“Sebaik-baiknya sholat seseorang adalah di rumahnya kecuali sholat wajib.”
(HR. al-Bukhori dan Muslim)

6. Berhias dengan beberapa adab pada hari Jumat.
yaitu yang terdapat pada sabdanya :“Barangsiapa mandi (janabat) pada hari Jumat, kemudian berangkat di awal waktu, mendapatkan khutbah pertama, berjalan kaki tidak naik kendaraan, mendekati imam, mendengarkan khutbah dan tidak berbicara, maka baginya setiap langkahnya adalah (bagaikan) amalan setahun dari pahala puasa dan sholat (tarawih)nya.”
(HR. Ahlus Sunan).

Artinya “ghossala” adalah membasuh kepalanya, dan ada yang mengartikannya sebagai menggauli istrinya agar pandangannya tidak melihat yang haram pada hari itu. Sedang arti “bakkaro” adalah berangkat (ke masjid) di awal waktu. Dan ”Ibtakaro” adalah mendapatkan khutbah pertama.

7. Sholat Dhuha.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bila masuk waktu pagi maka setiap jari-jari tangan kamu ada kewajiban shodaqoh, lalu setiap (bacaan) tasbih adalah shodaqoh, tahmid adalah shodaqoh, tahlil adalah shodaqoh, takbir adalah shodaqoh, amar ma’ruf adalah shodaqoh, nahi mungkar adalah shodaqoh, dan cukup dari itu semuanya dengan sholat dua rakaat waktu Dhuha.”
(HR. Muslim).
Makna “sulamaa” adalah lipatan-lipatan organ tubuh seseorang yang berjumlah tiga ratus enam puluh lipatan / engsel.

Sebaik-baiknya waktu sholat Dhuha adalah ketika matahari sangat panas, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sholat orang-orang yang bertobat itu ketika anak unta terasa sangat panas.”
(HR. Muslim).
Maksudnya, tatkala anak unta itu berdiri dari tempatnya karena terik matahari yang sangat panas.

8. Menghajikan orang lain atas biayanya setiap tahun, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kerjakanlah haji dan umroh itu berturut-turut, karena sesungguhnya ia (dapat) menghilangkan kefakiran dan dosa seperti ubupan (alat peniup api) tukang besi yang menghilangkan karat besi, emas, dan perak.”
(HR. At-Tirmidzi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah).

Kadang-kadang seseorang tidak bisa melakukan haji setiap tahun. Oleh karena itu, hendaknya ia menghajikan orang lain atas biayanya- yang mampu badannya (dalam mengadakan perjalanan ke Baitulloh).

9. Sholat setelah terbitnya matahari.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa sholat Subuh dengan berjamaan (di masjid), kemudian ia duduk sambil berdzikir kepada Alloh sampai terbitnya matahari, lalu sholat dua rakaat, maka baginya seperti pahala ibadah haji dan umroh yang sempurna, yang sempurna, dan yang sempurna.”
(HR. At-Tirmidzi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

10. Menghadiri halaqoh-halaqoh ilmu di masjid.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa berangkat ke masjid dia tidak menginginkan kecuali untuk belajar sesuatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya adalah seperti pahala orang yang beribadah haji dengan sempurna.”
(HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

11. Melaksanakan umroh pada bulan Romadhon.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Umroh di bulan Romadhon sama dengan haji bersamaku.”
(HR. Al-Bukhori).

12. Melaksanakan sholat lima waktu di masjid.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk sholat fardhu, maka pahalanya seperti pahala haji.”
(HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani rahimahullah).
Dan yang lebih utama agar keluar dari rumahnya sudah dalam keadaan suci, bukan bersuci di masjid, kecuali dalam keadaan terpaksa dan darurat.

13. Hendaknya berada di shof yang pertama.
Berdasarkan ucapan ’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintakan ampunan (kepada Alloh) bagi orang yang berada di shof yang pertama ”tiga kali”, dan shof yang kedua ”satu kali”.
(HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga, “Sesungguhnya Alloh dan malaikatNya membacakan sholawat kepada orang-orang yang berada di shof pertama.”
(HR. Ahmad dengan sanad yang baik).

14. Sholat di masjid Quba.
Berdasarkan sabda Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Barangsiapa bersuci dari rumahnya, kemudian ia datang ke Masjid Quba, lalu sholat di dalamnya, maka baginya seperti pahala umroh.”
(HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

15. Menjadi mu’adzin (tukang adzan).
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tukang adzan itu akan diampuni (dosanya) sepanjang suaranya (terdengar), dan dibenarkan oleh orang yang mendengarkannya, baik basah maupun kering, dan juga baginya pahala orang yang sholat bersamanya.”
(HR. Ahmad dan an-Nasa’i).
Apabila anda tidak dapat menjadi tukang adzan, maka paling tidak anda harus mendapatkan pahala yang setimpal dengannya, yaitu amalan berikut.

16. Agar mengucapkan seperti yang dikatakan oleh mu’adzin itu.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Katakanlah seperti yang dikatakan oleh mu’adzin. Bila kamu sudah selesai, maka mohonlah (kepada Alloh) niscaya Dia akan memberimu.”
(HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i).
Maksudnya, memohonlah setelah kamu selesai menjawab mu’adzin itu.

17. Puasa Romadhon dan enam hari di bulan Syawwal setelahnya.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa pusa Romadhon kemudian diikuti enam hari di bulan Syawwal, maka (pahalanya) seperti puasa setahun.”
(HR. Muslim).

18. Puasa tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, dan 15, bulan Qomariyah). Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa puasa tiga hari dari setiap bulan, maka itulah (pahalanya seperti) puasa setahun.”

Kemudian Alloh menurunkan firmanNya sebagai pembenaran dalam KitabNya, “Barangsiapa membawa amal yang baik , maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.”
(QS. Al-An’an : 160) “Satu hari sama dengan sepuluh hari.” (HR. at-Tirmidzi).

19. Memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa. Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu.”
(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

20. Sholat pada malam “Lailatul Qodr”, berdasarkan firman Alloh Ta’ala, ”Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”
(QS. Al-Qodr : 3).
Maksudnya, lebih baik daripada ibadah selama delapan puluh tiga tahun.

21. Jihad.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kedudukan seseorang yang shof (jihad) fi sabilillah lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun.”
(HR. al-Hakim dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

Hal ini merupakan keutamaan kedudukan / posisi dalam shof (jihad), lalu bagaimana dengan orang yang berjihad fi sabilillah dalam tempo berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

22. Ar-Ribath (bersiap siaga di perbatasan musuh), berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa tetap bersiap-siaga ( di perbatasan musuh) fi sabilillah dalam satu hari satu malam, maka baginya pahala seperti puasa satu bulan penuh dengan sholat malamnya. Dan barangsiapa meninggal dalam keadaan bersiap-siaga, maka baginya seperti itu juga pahalanya, dan ia diberikan rejeki, serta diamankan dari fitnah (siksa kubur).”
(HR. Muslim).

23. Amal sholih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada hari-hari di mana amal sholih yang dilakukan dalam sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah) lebih dicintai oleh Alloh dari hari-hari lainnya.” Para sahabat berkata, “Wahai Rosululloh, tidakkah jihad di jalan Alloh lebih utama?” Beliau menjawab, “Tidak juga berjihad di jalan Alloh, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya, dan tidak kembali darinya dengan membawa sesuatu.”
(HR. al-Bukhori).

24. Mengulang-ulangi beberapa surat al-Qur’an.
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Surat ‘al-Ikhlash’ sama dengan sepertiga al-Qur’an dan Surat al-Falaq’ sama dengan seperempat al-Qur’an.”
(HR. At-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

25. Berdzikir yang pahalanya berlipat ganda dan hal ini banyak (macamnya).
Di antaranya bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika keluar dari (rumah istrinya), Ummul Mukminin Juwairiyah radhiyallahu ‘anha di saat pagi hari ketika beliau sholat Subuh, sedang dia berada di tempat sholatnya. Kemudian Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang setelah sholat Dhuha sementara Ummul Mukminin sedang duduk (di tempat sholatnya), seraya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ”Masihkah engkau dalam keadaan yang tatkala aku tinggalkan?” Ummul Mukminin menjawab, ”Ya, benar.” Lalu beliau bersabda, ”Aku telah mengucapkan empat kalimat tiga kali setelahmu, seandainya kalimat-kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan mulai hari ini, pasti (kalimat-kalimat itu) akan lebih berat, yaitu : ”Maha Suci Alloh, aku memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, sejauh kerelaanNya, seberat timbangan ’Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”
(HR. Muslim).

Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku sedang aku menggerakkan bibirku lalu beliau bertanya, ”Apa yang kamu ucapkan, wahai Abu Umamah?” Saya menjawab, ”Saya berdzikir dan menyebut Alloh.” Kemudian (beliau mengajariku) lalu bersabda, ”Maukah kamu aku tunjukkan kepada yng lebih banyak (pahalanya) dalam berdzikir kepada Alloh di siang hari dan malam hari? Maka ucapkanlah :

”Segala puji bagi Alloh sebanyak bilangan apa yang Dia ciptakan. Segala puji bagiNya sepenuh apa yang Dia ciptakan. Segala puji bagiNya sebanyak apa yang (terdapat) dalam langit dan bumi. Segala puji bagiNya sebanyak apa yang terhitung dalam kitabNya. Segala puji bagiNya sepenuh apa yang terhitung dalam kitabNya. Segala puji bagiNya sebanyak bilangan segala sesuatu. Dan segala puji bagiNya sepenuh segala sesuatu.”

Dan hendaklah kamu bertasbih kepada Alloh seperti itu.” Lalu beliau meneruskan sabdanya, ”Pelajarilah (doa-doa itu) dan ajarilah orang-orang setelahmu.”
(HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

26. Istighfar yang berlipat ganda.
Berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa memintakan ampunan bagi orang-orang mukmin maupun mukminah, maka Alloh akan menulis baginya dari setiap orang mukmin maupun mukminah sebagai satu kebajikan.”
(HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

27. Melaksanakan kepentingan manusia.
Berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya bila aku berjalan dengan saudaraku muslim untuk memenuhi suatu hajatnya lebih saya cintai daripada saya beri’tikaf di masjid selama satu bulan.”
(HR. Ibnu Abi Dun-yaa dan dihasankan oleh al-Albani rahimahullah)

28. Perbuatan-perbuatan yang pahalanya senantiasa mengalir sampai setelah mati.
Yaitu yang dijelaskan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada empat macam pahala yang selalu mengucur (pahalanya walaupun) setelah meninggal : [1] Seseorang yang selalu siap siaga (di perbatasan musuh) di jalan Alloh. [2] Seseorang yang mengajarkan suatu ilmu, maka pahalanya akan selalu mengucur selama ilmu itu diamalkan. [3] Seseorang yang memberi shodaqoh, maka pahalanya akan selalu mengucur (kepadanya) selama (shodaqoh tersebut) dipergunakan. [4] Seorang ayah yang meninggalkan anak yang sholih yang mendoakan kepadanya.”
(HR. Ahmad dan ath-Thobroni).

29. Mempergunakan waktu.
hendaknya seorang muslim menggunakan waktunya dengan ketaatan (kepada Alloh). Seperti membaca al-Qur’an, berdzikir, ibadah, mendengarkan kaset-kaset yagn bermanfaat, agar waktunya tidak sia-sia belaka dan agar ia tidak dilalaikan di mana saat itu tidak bermanfaat lagi kelalaian.
Seperti yang disabdakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Dua nikmat yang (sering) dilupakan oleh kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan kekosongan (waktu).”
(HR. Al-Bukhori).

Alloh-lah Yang Maha Memberikan taufiq kepada kita semua agar umur kita dipanjangkan olehNya dalam kebaikan. Dan dapat mempergunakan kesempatan-kesempatan yang berlipat ganda (pahalanya), di mana kebanyakan orang melalaikannya.

Ustadz Farid Muhammad al-Bathothy, Lc

Artikel Ibnuabbaskendari

 

Selasa, 27 Agustus 2013

Jumat, 14 Juni 2013

Asal Usul

Nama      :  Gimun Kothok
Asal        :  Dsn Cung belud
                   Ds. Semen
                   Kec. Paron
                   Kab. Ngawi
                   Jawa Timur

Selasa, 04 Juni 2013

Kiamat Dalam Pandangan Al Quran Dan Sunnah


Kiamat Dalam Pandangan Al Quran Dan Sunnah


 

Bismillahirrahmanirrahim
Kiamat Dalam Pandangan Al Quran Dan Sunnah
Oleh : Wawan Aunillah Kamil
diambil dari Kitab Minhajul Muslim, Oleh Syeikh Abubakar Al-Jazairy, Darul Fikri, Damaskus


Isi Tafsir tentang Hari Kiamat sebagai berikut:
Beriman kepada hari kiamat merupakan unsur pokok dalam Islam . Tanpa beriman kepada hari Kiamat iman seseorang tidak akan di terima . Sebagaimana tidak terima apabila tidak beriman kepada Alloh, Malaikt-malaikat Alloh,Kitab-kitabnya , dan qada dan qadar dari Nya.

Alloh SWT Berfirman :
".. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya ,rasul-rasulnya,dan hari kiamat(Kemudian), maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An-Nisa':136).

Mengenahi kepastian adanya hari qiamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firmannya , diantaranya :

"Orang -orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan di bangkitkan . Katakanlah : tidak demikian, demi Tuhanku,benar-benar kamu akan dibangkitkan,kemudian akan di beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."(At-Taghabun 64:7).

Lalu "..Serta memberi peringatan (pula ) tentang hari berkumpul (qiamat) tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka."(As-Syura/ 42:7).

Kemudian " Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka , kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia tidak yakin kepada ayat-ayat Kami."(An-Naml /27:82).

" maka apabila sangsakala di tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung lalu dibenturkan keduanya sekali bentur ,maka pada hari itu langit menjadi lemah . Dan malaikat -malaikat berada di penjuru langit. Dan pada hari itu kamu di hadapkan kepada Tuhanmu yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang di berikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanan, maka dia berkata: ambilla,bacalah kitabmu (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) terhadap diriku. maka orang itu berada dalam kehidupan yang di ridhai dalam surga yang tinggi. Buah-buahnya dekat,(Kepada mereka di katakan ): makan dan minumlah dengan sedap di sedapkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. Adapun orang yang di berikan kitabnya dari sebelah kirinya , maka dia berkata : wahai , alangkah baiknya , sekiranya ,tidak di berikan kepadaku kitabku (ini),dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. hartaku, sekali- kali tidak memberi manfaat kepadaku. telah hilang kekuasaan dariku. (Allah berfirman): peganglah dia lalu belenggulah tangannya lehernya. Kemudian masukkannlah dia kedalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong orang lain orang lain untuk memberi makan orang miskin."(Al Haggah : 13-34).

Tanda tanda Qiyamat.

Rosullulah SAW , Bersabda:
"Sesungguhnya qiyamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda qiyamat. yaitu tenggelam di timur, tenggelam di barat,tenggelam di Jazirah Arab, Adanya Asap,datangnya dajjal,dabbah(binatang melata yang besar),Ya'juj dan Ma'juj, terbit di sebelah barat, keluar api dari ujung aden yang menggiring manusia , dan turunnya nabi Isa. (Hadits Riwayat muslim).

"Wahai manusia, bahwasannya kamu nanti akan di himpun Allah dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat,dan keadaan kulup (tidak di khitan).Ingatlah bahwa orang yang akan mula mula di beri pakaian adalah nabi Ibrahim AS. Ingatlah bahwa nanti ada di antara umatku yang di dudukkan di sebelah kiri. Ketika itu aku berkata: Ya Tuhan(Mereka itu adalah) Sahabatku. Lalu Tuhan berkata : Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu (wafat)." (HR. Muslim).

"pada hari qiyamat setiap hamba tidak akan melangkah sebelum di tanya empat hal, yaitu tentang umur untuk apa di habiskan, ilmu untuk apa di amakan, harta dari mana dia peroleh, dan untuk apa dia belanjakan, dan (kesehatan) badannya untuk apa dia pergunakan." (HR Tirmidzi, hadits hasan shahih, dan teks ini menurut riwayat muslim).

"Dari Aisyah, bahwa ia teringat neraka lalu menangis, maka Rosulullah bertanya: apa yang menyebabkan engkau menangis? Aisyah menjawab: Aku teringat neraka, hingga aku menangis. Apakah pada hari kiamat kamu akan ingat keluargamu? Jawab Nabi SAW : Adapun di tiga tempat, orang tidak teringat pada yang lainnya. yaitu ketika di timbang amalnya sebelum ia mengetahui berat ringan amal kebaikannya. Ketika buku amalnya beterbangan sebelum ia mengetahui dimana hinggapnya buku itu. di Sebelah Kanan, Kiri, atau di belakangnya. Dan Ketika meniti titian / jembatan (shirath) yang terbentang di punggung neraka jahanam sebelum ia melaluinya."
(HR.Abu Daud, Hadits Hasan).
 
Sumber : Copas dari Blog sebelah
 

Rabu, 15 Mei 2013

Qonaah






-->
Posted by Ibnu Nurdin
Qanaah ialah menerima dengan cukup.

Qanaah itu mengandung lima perkara:
  1. Menerima dengan rela akan apa yang ada.
  2. Memohonkan kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha.
  3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
  4. Bertawakal kepada Tuhan.
  5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

Itulah yang dinamai Qanaah, dan itulah kekayaan yang sebenarnya.

Rasulullah saw bersabda:

"Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta,, kekayaan ialah kekayaan jiwa".

Ertinya: Diri yang kenyang dengan apa yang ada, tidak terlalu haloba dan cemburu, bukan orang yang meminta lebih terus terusan. Kerana kalau masih meminta tambah, tandanya masih miskin.

Rasulullah saw bersabda juga:

Ertinya:

"Qanaah itu adalah harta yang tak akan hilang dan pura (simpanan) yang tidak akan lenyap". (HR. Thabarai dari Jabir).

Orang yang mempunyai sifat qanaah telah memagar hartanya sekadar apa yang dalam tangannya dan tidak menjalar fikirannya kepada yang lain.

Barangsiapa yang telah beroleh rezeki, dan telah dapat yang akan dimakan sesuap pagi sesuap petang, hendaklah tenangkan hati, jangan merasa ragu dan sepi. Tuan tidak dilarang bekerja mencari penghasilan, tidak disuruh berpangku tangan dan malas lantaran harta telah ada, kerana yang demikian bukan qanaah, yang demikian adalah kemalasan. Bekerjalah, kerana manusia dikirim ke dunia buat bekerja, tetapi tenangkan hati, yakinlah bahawa di dalam pekerjaan itu ada kalah dan menang. Jadi tuan bekerja lantaran memandang harta yang telah ada belum mencukupi, tetapi bekerja lantaran orang hidup tak boleh menganggur.

Hal ini kerap menerbitkan salah sangka dalam kalangan mereka yang tidak faha rahsia agama. Mereka lemparkan kepada agama suatu tuduhan, bahawa agama memundurkan hati bergerak. Agama membawa manusia malas, sebab dia sentiasa mengajak umatnya membenci dunia, terima saja apa yang ada, terima saja takdir, jangan berikhtiar melepaskan diri. Sebab itu, bangsa yang tidak beragama beroleh kekayaan, bangsa yang zuhud terlempar kepada kemiskinan katanya!

Tuduhan demikian terbit lantaran salah perasangka pemeluk agama sendiri. Mereka sangka bahawa yang bernama qanaah ialah menerima saja apa yang ada, sehingga mereka tidak berikhtiar lagi. Mereka namai taqwa orang yang hanya karam dalam mihrab. Mereka katakan soleh orang yang menjunjung serban besar, tetapi tidak memperdulikan gerak geri dunia. Mengatur hidup, mengatur kepandaian, ilmu dunia, semuanya mereka sangka tidak boleh dilarang agama! Sebab kesalahan persangkaan pemeluk agama itu, salah pulalah persangkaan orang yang tidak terdidik dengan agama, bukan kepada pemeluk agama yang salah pasang itu, tetapi salah sangka kepada agama sendiri.

Intisari pelajaran agama ialah menyuruh qanaah itu, qanaah hati, bukan qanaah ikhtiar. Sebab itu terdapatlah dalam masa sahabat-sahabat Rasulullah saw, orang kaya-kaya, berwang, berharta berbilion, beruma sewa, berunta banyak, memperniagakan harta benda keluar negara, dan mereka qanaah juga. Faedah qanaah amat besar di waktu harta itu terbang dengan tiba-tiba.

Sri baginda ratu Belanda Wilhelmina seorang ratu yang masyhur mempunyai pendirian qanaah ini. Puteri Yuliana, disuruh mempelajari segala macam kepandaian yang perlu untuk menjaga hidup sehari-hari, disuruh belajar menjahit, memasak, menyulam dan lain-lain. Ketika ditanyai orang kepada baginda apa maksud yang demiian, baginda menjawab kira-kira demikian.

"Tipu daya dunia tak dapat dipercayai, ini hari kita dipujuknya, besok mana tahu kita diperdayakannya, sebab itu kita tak boleh harap dengan yang ada, dan tak boleh cemas menempuh apa yang akan terjadi".

"Tipu daya dunia tak dapat dipercayai, ini hari kita dipujuknya, besok mana tahu kita diperdayakannya, sebab itu kita tak boleh harap dengan yang ada, dan tak boleh cemas menempu apa yang akan terjadi".

Inilah pendirian yang sepantasnya bagi seorang raja, terutama di zaman demokrasi, kerani nasib tidak dapat ditentukan, berapa banyak raja yang lebih besar dari Ratu Wilhelmina, dan Yuliana terpaksa meninggalkan singgahsananya. Pelajari hidup bersakit, kerana nikmat tidaklah kekal.

Maksud qanaah itu amatlah luasnya. Menyuruh percaya yang betul-betul akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan manusia, menyuruh sabar menerima ketentuan Ilahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan diri, dan bersyukur jika dipinjamiNya nikmat, sebab entah terbang pula nikmat itu kelak. Dalam hal yang demikian disuruh bekerja, kewajipan belum berakhir. Kita bekerja bukan lantaran meminta tambahan yang telah ada dan tak merasa cukup pada apa yang dalam tangan, tetapi kita bekerja, sebab orang hidup mesti bekerja.

Itulah maksud qanaah.

Nyatalah salah persangkaan orang yang mengatakan qanaah ini melemahkan hati, memalaskan fikiran, mengajak berpangku tangan. Tetapi qanaah adalah modal yang paling teguh untuk menghadapi penghidupan, menimbulkan kesungguhan hidup yang betul-betul (enerti) mencari rezeki. Jangan takut dan gentar, jangan ragu-ragu dan syak, mantapkan fikiran, teguhkan hati, bertawakal kepada Tuhan, mengharapkan pertolonganNya, serta tidak merasa kesal jika ada keinginan yang tidak berhasil, atau yang dicari tidak dapat.

Kenapa kita ragu-ragu, padahal semuanya sudah tertulis lebih dahulu pada azal, menurut jalan sebab dan musabab.

Ada orang yang putus asa dan membuat bermacam-macam 'boleh jadi' terhadap Tuhan. Dan berkata:

"Boleh jadi saya telah ditentukan bernasib buruk, apa guna saya berikhtiar lagi. Boleh jadi saya telah ditentukan masuk neraka, apa guna saya bersembahyang".

Ini namanya syu'uahan, jahat sangka dengan Tuhan, bukan husnus zhan, baik sangka. Lebih baik merdekakan fikiran diri dari syu'uzhan itu. Faham demikian tidak berasal dari pelajaran agama, tetapi dari pelajaran falsafah yang timbul setalah ulama-ulama Islam bertengkar-tengkar tentang takdir, tentang azali, tentang qadha dan qadar.

Tak mungkin Allah akan begitu kejam, menentukan saja seorang mesti masuk neraka, padahal dia mengikut perintah Allah?

Kembali kepada qanaah tadi, maka yang sebaik-baiknya ubat buat menghindarkan segala keraguan dalam hidup, ialah berikhtiar an percaya kepada takdir. Hingga apa pun bahaya yang datang kita tidak syak dan ragu Kita tidak lupa ketika untung, dan tidak cemas ketika rugi. Siapa yang tidak berperasaan qanaah, ertiya dia tak percaya takdir, tak sabar, tak tawakal. Mesti tak dapat dia tak percaya takdir, tak sabar, tak tawakal. Mesti tak dapat tidak, fikirannya kacau, lekas marah,penyusah, dan bilamana tidak, fikirannya kacau, lekas marah, penyusah,dan bilamana beruntung lekas pembangga. Dia lari dari yang ditakutiya, tetapi yang ditakuti itu berdiri di muka pintu, sebagaimana orang yang takut mengingat-ingat, barang yang diingat-ingat, kian dicubanya melupakan teringat itu, kian teguh dia berdiri di ruang matanya.

Ini semuanya tidak terjadi pada orang beriman yang redha menerima apa yang tertentu dalam azal. Meskipun susah atau senang, miskin atau kaya, semua hanya pada pandangan orang luar. Sebab dia sendiri adalah nikmat, dan kekayaan dalam perbendaharaan yang tiada ternilai harganya, 'pada lahirnya azab, pada batinnya rahmat'. Jika ditimpa susah, dia senang sebab dapat mengingat kelemahan dirinya dan kekuatan Tuhannya, jika dihujani rahmat, dia senang pula, sebab dapat bersyukur.

Qanaah, adalah tiang kekayaan yang sejati. Gelisah adalah kemiskinan yang sebenarnya. Tidak dapatlah disamakan lurah dengan bukit, tenang dengan gelisah, kesusahan dan kesukaan, kemenangan dan kekalahan, putus asa dan cita-cita. Tak dapat disamakan orang yang sukses dengan orang yang muflis.

Keadaan-keadaan yang terpuji itu terletak pada qanaah, dan semua yang tercela ini terletak pada gelisah.

Sumber : Copas dari Blog sebelah